Wednesday, January 31, 2007

Perda Bernuansa Syariat Membawa Berkah

Senin, 24 Juli 2006 19:59:00
Perda Bernuansa Syariat Membawa Berkah

Jakarta-RoL-- Kalangan non-muslim tak perlu takut dengan peraturan-peraturan daerah bernuansa Islam, kata mantan Bupati Bulukumba Drs H. Andi Partabi Pobokori dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) yang bertajuk "Perda Syariat, Tinjauan Hukum dan Empiris" di Jakarta, Senin.

Praktiknya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan membuktikan kalangan non-muslim justru bergembira dengan penerapan perda yang bernuansa Islam, katanya. "Mereka malah berterima kasih karena keamanan terjaga dan tidak ada pemalakan lagi," katanya.

Dia menjelaskan, masyarakat Bulukumba tidak semuanya muslim. Jumlah non-muslim sekitar 2,5 persen. Mereka tidak pernah dipaksa untuk melaksanakan Perda yang memang diperuntukkan bagi kalangan muslim. Namun, mereka merasakan dampak pelaksanaan Perda-perda itu. Perda di Bulukumba yaitu kewajiban membaca Alquran, zakat, busana muslimah dan larangan judi dan minuman keras.

Berdasarkan penelitian empiris, Andi mengatakan tingkat kriminalitas menurun drastis sejak Perda-perda itu diberlakukan. "Tawuran pemuda yang biasa terjadi hilang, premanisme terkikis, demikian juga pemalakan kepada para penguasa. Karena mereka kita sadarkan dengan mengaji," kata Andi.

"Sebaliknya pendapatan daerah naik drastis dengan adanya Perda tentang zakat," katanya. Dia menceritakan seorang warga keturunan yang sangat gembira karena adanya Perda larangan judi dan miras. "Suaminya yang biasa mabuk dan judi, tak bisa lagi melakukan aksinya. Dia mengaku keluarganya jadi harmonis," katanya disambut tawa hadirin.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menilai perkembangan munculnya Perda bernuansa syariat ini dalam dua perspektif. Pertama, secara perspektif perkembangan, ini adalah perkembangan yang baik karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Menurut dia, ini menunjukkan adanya kesadaran. "Ini sebenarnya menunjukkan bahwa sebenarnya umat Islam rindu syariah," katanya. Kedua, dari perspektif ideal. Perda-perda yang ada jauh dari ideal karena hanya mengatur masalah individual. "Padahal Islam itu juga mengatur urusan hidup bermasyarakat dan bernegara," katanya. Karena itu, penerapan Perda bernuansa syariat bisa mereduksi pemahaman Islam secara kaffah apabila itu dianggap sudah Islami.

Ismail menyatakan penerapan Perda bernuansa Syariat Islam tak perlu harus menunggu seluruh kaum muslim tahu Islam dulu. "Tak perlu ditanya dulu apakah umat siap atau tidak. Dulu ketika kapitalisme diterapkan, apakah kita pernah ditanya apakah kita sudah siap menjalankan kapitalisme," katanya.

Dia menambahkan penerapan Islam harus langsung. Dia meyakinkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin yakni membawa rahmat bagi siapa saja yang ada di dalamnya baik muslim maupun non-muslim. Lukman Hakiem Syaifuddin, anggota DPR RI dari PPP menyatakan beberapa kalangan masih phobia dengan Islam. Mereka bukan hanya dari kalangan non-muslim tetapi dari kalangan muslim sendiri. "Pekerjaan rumah kita yaitu bagaimana mengampanyekan Islam yang tidak menakutkan," katanya. antara/pur
Perda Bernuansa Syariat Membawa Berkah

Jakarta-RoL-- Kalangan non-muslim tak perlu takut dengan peraturan-peraturan daerah bernuansa Islam, kata mantan Bupati Bulukumba Drs H. Andi Partabi Pobokori dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) yang bertajuk "Perda Syariat, Tinjauan Hukum dan Empiris" di Jakarta, Senin.

Praktiknya di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan membuktikan kalangan non-muslim justru bergembira dengan penerapan perda yang bernuansa Islam, katanya. "Mereka malah berterima kasih karena keamanan terjaga dan tidak ada pemalakan lagi," katanya.

Dia menjelaskan, masyarakat Bulukumba tidak semuanya muslim. Jumlah non-muslim sekitar 2,5 persen. Mereka tidak pernah dipaksa untuk melaksanakan Perda yang memang diperuntukkan bagi kalangan muslim. Namun, mereka merasakan dampak pelaksanaan Perda-perda itu. Perda di Bulukumba yaitu kewajiban membaca Alquran, zakat, busana muslimah dan larangan judi dan minuman keras.

Berdasarkan penelitian empiris, Andi mengatakan tingkat kriminalitas menurun drastis sejak Perda-perda itu diberlakukan. "Tawuran pemuda yang biasa terjadi hilang, premanisme terkikis, demikian juga pemalakan kepada para penguasa. Karena mereka kita sadarkan dengan mengaji," kata Andi.

"Sebaliknya pendapatan daerah naik drastis dengan adanya Perda tentang zakat," katanya. Dia menceritakan seorang warga keturunan yang sangat gembira karena adanya Perda larangan judi dan miras. "Suaminya yang biasa mabuk dan judi, tak bisa lagi melakukan aksinya. Dia mengaku keluarganya jadi harmonis," katanya disambut tawa hadirin.

Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto menilai perkembangan munculnya Perda bernuansa syariat ini dalam dua perspektif. Pertama, secara perspektif perkembangan, ini adalah perkembangan yang baik karena tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Menurut dia, ini menunjukkan adanya kesadaran. "Ini sebenarnya menunjukkan bahwa sebenarnya umat Islam rindu syariah," katanya. Kedua, dari perspektif ideal. Perda-perda yang ada jauh dari ideal karena hanya mengatur masalah individual. "Padahal Islam itu juga mengatur urusan hidup bermasyarakat dan bernegara," katanya. Karena itu, penerapan Perda bernuansa syariat bisa mereduksi pemahaman Islam secara kaffah apabila itu dianggap sudah Islami.

Ismail menyatakan penerapan Perda bernuansa Syariat Islam tak perlu harus menunggu seluruh kaum muslim tahu Islam dulu. "Tak perlu ditanya dulu apakah umat siap atau tidak. Dulu ketika kapitalisme diterapkan, apakah kita pernah ditanya apakah kita sudah siap menjalankan kapitalisme," katanya.

Dia menambahkan penerapan Islam harus langsung. Dia meyakinkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin yakni membawa rahmat bagi siapa saja yang ada di dalamnya baik muslim maupun non-muslim. Lukman Hakiem Syaifuddin, anggota DPR RI dari PPP menyatakan beberapa kalangan masih phobia dengan Islam. Mereka bukan hanya dari kalangan non-muslim tetapi dari kalangan muslim sendiri. "Pekerjaan rumah kita yaitu bagaimana mengampanyekan Islam yang tidak menakutkan," katanya. antara/pur








































Republika Online : http://www.republika.co.id

0 Comments: